Selamat Datang di Blog Materi Pelajaran.
Pada artikel kali ini , kami akan membahas tentang
"Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih ". Bagi yang suka
membaca kisah cerita rakyat. Langsung aja ya Ceritanya....
Bawang Merah dan Bawang Putih
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah
keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik
bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang
putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu
hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih
sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki
anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang
merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan,
membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan
ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik
kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak
kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah
Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan
bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli
mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya
pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih
harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya
hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya,
karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan
kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin
berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak
pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan
air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi
makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus
menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang
putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu
saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul
berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia
menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu
cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang
dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah
satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju
kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut
terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun
tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan
menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau
tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah
kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun
tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah
mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang
matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke
sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan
matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang
sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang
baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus
menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu
mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan
segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah
mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan
tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih
segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua
membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari
baju ibu saya yang hanyut.
Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di
sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku.
Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan
mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah
lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih
berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba.
“Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan
saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek
tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek.
Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek
pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju
merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu
kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah,
didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak
saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang
merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka
memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah
tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan
ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang
akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua
di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta
untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin,
selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang
dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan
asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk
pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena
menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh
bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat
bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia
melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui
ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut
bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke
sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata
bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang
berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu
langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi
orang yang serakah.
Nah itulah pembahasan kami terkait dengan
topik kali ini yaitu “ Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih ”, Semoga cerita rakyat kali ini
dapat bermanfaat bagi sahabat yang suka membaca , Sering – sering mampir ya.
No comments:
Post a Comment